Kisruh Politik Hambat Transaksi
JAKARTA-Kisruh politik antara pemerintah dan DPR seperti pro-kontra keputusan pemilihan kepala daerah secara langsung oleh DPRD memperpanjang masa melihat dan menunggu investor dan pembeli pada sektor properti.
Gejala pertama tercermin dari melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan gejolak pplitik anggota dewan legislatif baru-baru ini akan memengaruhi kondisi pasar properti semakin tidak pasti.
"Pada dasarnya secara psikologis, hal ini [kisruh politik) akan memengaruhi pasar yang wait and see semakin lama saja," katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (3/10).
Dia menambahkan masa menunggu tersebut sejatinya rampung pada Juli lalu, ketika pemilihan presiden usai dan akan semakin pasti kondisinya pada masa pelantikan Kepala Negara pada 20 Oktober mendatang.
Namun, kondisi tersebut diperparah dengan pertikaian politik yang semakin tidak kondusif dengan ketidakpastian yang tinggi. Hal tersebut, tandas Ali, sudah barang tentu menimbulkan ketidakpercayaan investor luar negeri dan bakal merugikan industri dalam negeri.
"Investor asing pasti akan menunda investasi di Indonesia sembari melihat perkembangan stabilnya panggung politik," ujarnya.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Ciputra Group Tulus Santoso mengatakan jika dilihat dari kacamata konsumen lokal, kisruh politik tidak akan terlalu berpengaruh.
Baginya, konsumen lokal masih menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk-produk properti karena kebutuhan yang tidak bisa dibendung lagi.
Di sisi lain, jika dilihat dari persepsi umum, kondisi tersebut akan menganggu putaran bisnis properti secara keseluruhan.
"Ketidakpastian masih berlangsung. Padahal harapannya setelah pemilu semuanya akan beres. Ini akan menambah rentetan panjang masa wait and see," ujarnya.
JANGKA PENDEK
Tlilus memperkirakan kisruh politik tersebut tidak akan berkepanjangan dan hanya berlaku jangka pendek. Dia berharap kondisi tersebut akan membaik setelah pelantikan presiden dan wakil presiden yang baru.
"Akhir Oktober akan baik lagi. Jika tidak, laju pasar properti akan buruk dan otomatis ekonomi Indonesia akan melemah," katanya.
Jika hal itu terjadi dan berkelanjutan, jelas Tulus, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan semakin melemah dan tidak menutup kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga.
Alhasil kredit kepemilikan rumah semakin mahal dan mengganggu ketersediaan pembiayaan rumah murah. Sementara itu, investor juga akan berkelit untuk berinvestasi di Indonesia.
Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk. Meow Chong Loh menyayangkan gejolak politik yang terjadi belakangan ini.
Dia berharap kekisruhan itu tidak akan menghambat hubungan Indonesia dengan investor luar negeri yang telah menjalin kerja sama di bidang bisnis properti.
"Semoga cepat diselesaikan dan tidak berkepanjangan."
Baru-baru ini, Lippo Cikarang menerima kunjungan 45 investor Jepang yaitu Zenkoku Chintai Kanri Business Kyokai. Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut investasi sentra bisnis di Orange County, Cikarang, Bekasi.
Pihak Jepang mengatakan bulan ini merupakan momen yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia.
Deliana PradhHa S.
source : Bisnis Indonesia
Senin, 13 Oktober 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar