Tak Hanya Berkebun Sawit
Harga komoditas minyak kelapa sawit yang fluktuatif, bahkan sempat menyentuh level terendah setidaknya dalam lima tahun terakhir membuat PT Astra Agro Lestari Tbk. melirik bisnis lain.
Sejumlah rencana disiapkan dalam rangka diversifikasi usaha, selain perkebunan kelapa sawit. Manajemen Astra Agro Lestari ingin menambah lini bisnis di sektor lain yang masih berkorelasi terhadap bisnis utama perseroan.
Emiten berkode saham AALI itu membidik sektor pakan ternak dan perkebunan tebu. Dalam rangka memuluskan diversifikasi usahanya, menurut sumber Bisnis di internal perseroan, AALI mengincar untuk mengakuisisi pabrik pakan ternak dan perkebunan tebu di Jawa Timur.
Widya Wiryawan, Direktur Utama Astra Argo Lestari, mengatakan perseroan akan terus mengkaji rencana bisnis ke sektor-sektor yang memiliki peluang.
"Bisnis ya biasa, kalau ada peluang ya kami mau. Masih dikaji," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Bagaimana sebenarnya peluang bisnis peternakan sehingga membuat AALI tergiur untuk berkecimpung di dalamnya? Berdasarkan catatan Asosiasi Produsen Pakan Ternak Indonesia, industri pakan ternak tahun ini diperkirakan bertambah 10% seiring dengan beroperasinya lima pabrik baru.
Namun demikian, Kementerian Perindustrian justru memerkirakan pertumbuhan industri pakan ternak tahun ini akan melambat seiring dengan fluktuasi nilai tukar rupiah. Hal itu mempengaruhi pembelian bahan baku.
Faiz Achmad, Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian, mengatakan kondisi tersebut diperkirakan dapat menekan kinerja pertumbuhan industri pakan ternak dari 15% menjadi 12%.
Untuk bisnis tebu, Astra Agro Lestari
mengincar luhan tebu yang luasnya minimum 3.000 hektare. Selain itu. masih menurut sumber itu, perseroan juga mengkaji untuk memasuki bisnis peternakan sapi yang dilakukan di perkebunan sawit alias tumpang sari.
Widya menegaskan pencarian lahan tebu itu tidak mudah. Sehingga, terangnya, perseroan masih butuh waktu untuk mendapatkan lahan yang diinginkan untuk memulai bisnis di sektor ini.
Menurutnya, bisnis di sektor pertanian dan agribisnis akan menjadi prioritas AALI untuk memasuki lini bisnis baru. Adapun peternakan, dia menilai sistem ternak integrasi sapi dan sawit yang dilakukan di Sumatra Utara oleh beberapa perkebunan masih berupa percontohan.
"Belum ada yang secara masal, baru coba-coba. Kami belum memutuskan," paparnya.
KONSENSUS
Anak usaha PT Astra International Tbk. itu diperkirakan mampu meraup pendapatan mencapai Rpl5,8 triliun hingga akhir tahun, naik 25% dari tahun lalu Rp 12,67 triliun. Berdasarkan konsensus analis yang dirilis Bloomberg, disebutkan laba kotor AALI diperkirakan mencapai Rp5,57 triliun, naik 35,2% dari tahun sebelumnya Rp5,ll triliun.
Pada paruh pertama 2014, laba bersih AALI mencapai Rp 1,4 triliun, naik 91,23% ketimbang periode yang sama tahun lalu Rp745,6 miliar.
AALI juga membukukan kenaikan pendapatan menjadi Rp8 triliun dari sebelumnya Rp5,4 triliun. Laba kotor yang dibukukan perseroan mencapai Rp2,49 triliun dari sebelumnya Rp 1,4 triliun.
Sebagai induk, Astra menyiapkan belanja modal Rp4,3 triliun kepada divisi agribisnis untuk AALI yang digunakan untuk membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit, salah satunya yang telah mulai beroperasi di Sulawesi Barat.
Di lini bisnis utama, hingga Agustus 2014, produksi minyak kelapa sawit mentah [crude palm oil/CPO) AALI tercatat telah mencapai 67,3% dari total target tahun ini 1,69 juta ton.
Tofan Mahdi, Public Relations Astra Agro Lestari, menyebutkan produksi CPO perseroan hingga Agustus 2014 telah mencapai 1,14 juta ton. Perolehan tersebut meningkat 20% * dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu 951.399 ton.
"Selama Januari sampai dengan Agustus 2014, produksi tandan buah segar AALI mencapai 3,7 juta ton atau naik 14,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," ujarnya dalam siaran pers.
AALI membidik target produksi CPO dapat meningkat 10% menjadi 1,69 juta ton sepanjang tahun ini dibandingkan dengan produksi tahun lalu 1,54 juta ton.
Benny B. Soebagjo, Kepala Riset PT Indo
Premier Securities, mengatakan produksi AALI hingga tujuh bulan pertama tahun ini sesuai dengan ekspektasi.
"Kami yakin perkebunan AALI di Kalimantan yang masih muda akan menjadi tulang punggung perseroan untuk pertumbuhan produksinya," paparnya dalam riset baru-baru fnl.
Perkebunan-kelapa sawit milik AALI di Kalimantan tercatat memberikan kontribusi 43% dari total produksi perseroan hingga
Juli 2014. Diikuti kemudian oleh perkebunan Sumatra dan Sulawesi yang masing-masing 38,7% dan 18,3%.
Dia memperkirakan pada paruh kedua tahun ini, AALI dapat membukukan pendapatan yang kuat seiring dengan siklus produksi tinggi dan normalisasi margin.
AALI juga diperkirakan mendapatkan tingkat profitabilitas ke depan karena efisiensi yang dilakukan serta neraca yang kuat untuk akuisisi lahan perkebunan baru.
Sukirno
source : Bisnis Indonesia
Senin, 13 Oktober 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar