Senin, 13 Oktober 2014

Demonstran Hong Kong Kehabisan Energi

Demonstran Hong Kong Kehabisan Energi

HONG KONG - Para demonstran Hong Kong pada Senin (6/10) mulai kehabisan energi untuk melanjutkan tuntutan mendapatkan demokrasi secara penuh. Selain berada di bawah tekanan untuk mengakhiri kampanye pro-demokrasi itu, jumlah pemrotes kian berkurang setelah kerusuhan sepanjang akhir pekan, serta makin frustasinya masyarakat akibat gangguan maupun kemacetan lalu lintas.

Aksi demonstrasi yang telah menarik puluhan ribu orang ini berkurang pada Minggu (5/10) malam waktu setempat Pemimpin Hong Kong Leung Chun Ying mengeluarkan ultimatum untuk meninggalkan jalan-jalan supaya pada Senin pagi para pegawai pemerintah bisa masuk kerja lagi.

Kerumunan massa menyusut menjadi hanya beberapa ratus aktivis di lokasi utama aksi di distrik dermaga Admiralty. Tapi, secara bertahap jumlah massa bertambah lagi selepas jam pulang kerja. Massa kembali ke jalan-jalan pada Senin malam waktu setempat

Pemimpin gerakan mahassiswa membantah kampanye untuk menda-

patkan hak memilih secara bebas itu telah kehilangan momentum. Mereka mengatakan akan terus bekerja keras dan beraksi sampai pemerintah menyetujui persyaratan-persyaratan untuk membicarakan reformasi politik.

Tapi, Leung mengeluarkan peringatan baru untuk membubarkan massa. Dia juga mengatakan massa harus secepatnya meninggalkan distrik Mong Kok di semenanjung Kowloon.

"Untuk mencegah aksi kekerasan dan mengurangi jumlah orang yang cedera, pihak kepolisian akan mengambil tindakan pada waktu yang tepat," ungkap Leung, dalam pidato yang disiarkan oleh televisi.

Ia menggambarkan daerah itu

sebagai daerah yang berisiko tinggi. Para pemrotes dan kampanyenya telah menikmati dukungan publik sangat kuat. Simpati masyarakat menebal setelah polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Tapi, setelah massa demonstran menutup sebagian wilayah kota selama lebih dari sepekan, yang muncul kemudian adalah rasa jengkel.

Jalan-jalan raya mengalami kemacetan dan layanan kereta api bawah tanah penuh sesak pada Senin. Sebab, para komuter yang frustasi berusaha mencari jalan menuju dan pulang dari kantor masing-masing, setelah banyak rute perjalanan bus dibatalkan dan banyak pengalihan jalan.

"Mereka harus membiarkan mobil-mobil lewat secepatnya. Mereka telah memblokade jalan," ujar Michael Lau (25 tahun).

Simposium lingkungan empat hariyang rencananya menghadirkan 11 pemenang Nobel pada Rabu (8/10)harus dibatalkan dengan alasan gangguan berkelanjutan di kota itu. Selain itu, sekolah-sekolah di daerah-daerah yang terkena unjuk rasa masih tutup.

Akibatnya, para keluarga dilanda kebingungan. Mereka menuntut penutupan sekolah itu segera dicabut. Pemerintah menyatakan sekolah-sekolah dasar akan dibuka lagi pada Selasa (7/10).

"Berdemonstrasi adalah salah satu

hal, tapi jangan mempengaruhi kehidupan lingkungan kami lagi karena kami harus membayar sewa," ujar seorang penjual jus buah yang menyebut nama Nyonya Hau.

Dari tokonya yang kecil di Admiralty, dia menggambarkan jalan-jalan yang diblokade itu sebagai kota mati.

"Kalangan taipan properti tidak akan berkata uang sewa bulan ini akan dikurangi. Kami masih harus membayar dengan tarif yang sama," ungkap suaminya.

Para demonstran yang masih berjuang pun dilaporkan mengalami kelelahan pada Senin. Energi dari euforia kampanye itu mulai mereda. "Saya berharap bahwa sesuatu akan terjadi sehingga kami bisa mengakhiri hal ini dengan cepat" kata Otto Ng Chun Lung (18 tahun), mahasiswa sosiologi.

Ia mengatakan, semua orang sudah kelelahan dan tidak bisa melanjutkan aksi untuk waktu sangat lama.

Tapi pimpinan mahasiswa Alex Chow mengatakan, pendudukan di jalan-jalan akan terus berlanjut hingga pemerintah menyetujui prasyarat yang ditetapkan para demonstran untuk bernegosiasi.

"Seluruh energi kami akan dipersiapkan untuk melakukan perundingan dan memastikan pihak mahasiswa memiliki pijakan yang sama dengan pihak pemerintah," kata Chow, pimpinan Federasi Mahasiswa Hong Kong, (alp)

Oleh Happy Amanda amalia



source : Investor Daily Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar